Pernah kita mendengar atau bahkan kita sering mengungkapkan bahwa kesabaran kita telah sampai pada batasnya. Tapi, apakah kesabaran itu ada batasnya? Apakah benar setiap kesabaran memiliki titik puncak yang membolehkan pemiliknya meluapkan kemarahannya dengan berkata "Kesabaran saya sudah habis.".
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, kita selidiki dulu, apa itu sabar? Kenapa kita harus bersabar? Dan dimanakah batasan sabar yang sebenarnya?
Menurut sebuah buku karya Abdullah Gymnastyar "Indahnya Kesabaran", menyebutkan bahwa kesabaran merupakan "Dhiya". Dhiya berarti sebuah cahaya yang amat terang. Jadi, orang yang sabar akan menjadi penerang bagi dirinya dan juga bagi orang-orang disekitarnya maupun lingkungannya. Dengan kesabaran kita bisa menghadapi berbagai masalah dengan lebih tenang, menjalani kehidupan sebagai pribadi yang penuh percaya diri dan tidak mudah untuk diprovokasi oleh pihak-pihak yang menginginkan kehancuran diantara kita dan saudara-saudara kita. Kita yang sebenarnya merupakan penerang bagi orang-orang terdekat kita, orang-orang yang kita cintai, juga semua saudara-saudara kita, akankah kita biarkan cahaya itu hilang dari diri kita? Lalu, apakah kita masih pantas mengucapkan kesabaran (cahaya yang menerangi) kita telah habis?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan hal yang kita inginkan tidak sesuai dengan kehendak Yang Maha Kuasa. Walau kita mempercayai bahwa hal tersebut adalah hal yang terbaik untuk diri kita, tapi ternyata sedikit dari mereka yang dapat meyakini dan menerima dengan ikhlas atas apa yang dikehendaki-Nya.
Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah, ayat 216, yang artinya:
"... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyenangi sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah swt mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".
Dari penggalan ayat diatas telah dijelaskan bahwa sesungguhnya apa yang kita ketahui tentang kehidupan itu adalah sangat kecil bahkan tidak berarti apa-apa, karena Allah swt memberikan apa yang kita butuhkan, walaupun hal tersebut tidak kita inginkan.
Bersabar pada saat keinginan kita belum dipertemukan dengan takdir Allah adalah salah satu cara kita bisa membuktikan keyakinan kita terhadap apa yang dikehendaki-Nya. Orang yang hari-harinya dipenuhi dengan kesabaran akan menjadi orang yang tegar, berani menghadapi segala kemungkinan buruk ataupun baik. Dari sabar akan timbul syukur, dengan kesabaran, akan terasa nikmatnya pilihan Allah adalah lebih baik dari pada keinginan (hawa nafsu) kita. Selalu berhusnudzhan kepada Allah (dan saudaranya) dan menjadikan kesabaran sebagai cahaya hatinya, maka apakah masih ada alasan untuk kita tidak bersabar dengan hal-hal kecil yang tidak sesuai dengan keinginan kita?
"Saya sudah bersabar, saya sudah bersyukur, saya sudah berkhusnudzhan, tapi kenapa doa saya belum dikabulkan?"
Kembali jawabannya ada di Firman Allah swt diatas. Kitapun sebenarnya menyadari bahwa doa kita "belum" dikabulkan, bukan "tidak akan" dikabulkan. Kita sebenarnya menyadari bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik untuk keinginan dan doa-doa yang sering kita panjatkan kepada-Nya, maka sebenarnya kita sendiri sudah tahu apa jawaban dari pertanyaan diatas. Karena saya yakin pemikiran setiap orang adalah berbeda, saya tidak akan membatasi alasan kenapa doa kita masih "belum" dikabul oleh-Nya.
Hanya sebuah cerita singkat yang ingin saya bagikan kepada para pembaca semua. Cerita ini hanya fiktif dan karangan saja, jadi sebelumnya saya memohon maaf jika ada kesamaan nama, tempat, ataupun kejadian yang dituliskan.
si Fulan adalah seorang supir dari seorang pengusaha kaya yang dermawan. Dirinya (si Fulan) telah bekerja selama hampir 10 tahun dengan menjadi seorang supir untuk tuannya. Diceritakan bahwa si Fulan adalah seorang sederhana yang memiliki keinginan untuk mempunyai sebuah mobil mewah yang sering dia lihat di rumah tuannya. Keluarganya hidup nyaman dengan keadaannya sekarang, si Fulan hidup dengan seorang istri dan dua orang anaknya di sebuah rumah sederhana dengan dua kamar dan dan satu dapur kecil dibelakang rumah. Kemudian pada suatu hari dirinya merasa bosan dengan hanya menjadi supir dan mengantar tuannya kemanapun tuannya pergi, kemudian karena suatu alasan, si Fulan memberanikan diri untuk mengatakan pengunduran dirinya kepada tuannya tersebut. Mendengar keinginan supirnya tersebut, tuannya tidak melarang sedikitpun tentang keinginan dari supirnya tersebut. Tuannya hanya mengucapkan terimakasih kepada si Fulan karena telah menjadi supirnya selama hampir 10 tahun ini, kemudian tuannya melanjutkan, "Sebagai ucapan terimakasih ku, aku ingin menjadi perantara dari doa yang sering kamu panjatkan tentang keinginanmu.". si Fulan menjawab, "keinginan apa tuan?". Dengan tersenyum tuannya menjawab, "selain kamu akan diberi gaji bulan ini, kamu boleh membawa salah satu mobil yang kamu senangi!". Mendengar pernyataan seperti itu dari tuannya, si Fulan terkejut dan tentunya bingung, apa gerangan yang membuat tuannya tahu akan keinginannya dan mau memberikannya hadiah yang memang dia inginkan selama ini. Dalam kebingungannya, tuannya menegurnya, "bagaimana?! mau pilih yang mana?". Dalam kebimbangannya si Fulan berkata, "jika tuan tidak keberatan, saya sebenarnya sangat menginginkan kendaraan yang sering aku tumpangi menemani tuan kemanapun tuan pergi, tapi, saya ragu karena takut itu merupakan kendaraan kesayangan tuan". Mendengar jawaban supirnya, tuannya tersebut menjawab singkat, "ambillah! sekarang, kunci ini menjadi milikmu.".
Saking bahagianya, si Fulan langsung pulang menemui keluarganya dan menceritakan apa yang terjadi perihal pengajuan pengunduran dirinya kepada tuannya. Lalu, dua hari kemudian, si Fulan menjalankan rencana-rencana yang telah disusunnya dari kepindahannya ke luar kota dan sebagainya, dirinya merasa rencana yang telah disusun jauh-jauh hari setelah pengunduran dirinya berjalan begitu mudah dengan adanya kendaraan pribadi miliknya sekarang, namun ternyata tanpa disadari, pengeluaran yang dia keluarkan jauh melebihi apa yang diperkirakan dari rencana sebelumnya, hanya karena satu hal yang dihadiahkan tuannya (kendaraan). Dirinya tidak pernah memperkirakan perencanaan yang harus dilakukan kepada kendaraannya, sehingga satu-persatu, rencana-rencana yang dia buatpun di tunda hanya untuk memenuhi kebutuhan kendaraannya, bahkan sampai banyak rencana yang dibatalkan karena sudah tidak mungkin untuk dicapai.
si Fulan telah memiliki rencana untuk doa-doa yang dipanjatkannya, dan Allah tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambanya.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyenangi sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah swt mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".
Terimakasih telah membaca artikel sederhana ini. Semoga bermanfaat.
Kami terbuka untuk setiap komentar-komentar Anda, selama hal tersebut adalah untuk membangun.
Baca Selengkapnya - Kesabaran itu ada Batasnya?